5 Fakta Kelam dan Sejarah Mumi
Berita Baru, Riset -Sebagian orang ketika mendengar kata ‘mumi’ mungkin akan mengasosiasikannya dengan peradaban Mesir kuno sebab banyak mumi yang setelah diteliti berasal dari era tersebut.
Proses seseorang menjadi mumi atau mumifikasi pada zaman Mesir kuno biasanya bertujuan untuk mengawetkan bentuk mayat supaya tidak dimakan oleh waktu.
Sebenarnya keberadaan mumi tak hanya di Mesir.
Sejumlah negara sejak zaman dulu juga sudah mempraktikkan pengawetan jenazah seperti mumi antara lain yakni Tiongkok, Rusia, Italia, serta Jepang.
Walaupun diawetkan, tentu rupa wajah seseorang yang dijadikan mumi sudah berubah.
Fisik dari mumi biasanya menjadi kering dan menghitam.
Terlepas dari mana asal-usul mumi dan bentuk seramnya, membahas sejarah mumi bisa menjadi topik yang menarik.
Dilansir dari Google Arts and Culture, berikut 5 fakta dan sejarah di balik mumi.
1.Organ dalam dikeluarkan
Pada zaman mesir kuno, agar mayat menjadi awet dilakukan sebuah teknik yaitu dengan mengeluarkan bagian-bagian organ tubuh agar mencegah proses pembusukan.
Organ tersebut diletakkan di sebuah wadah yang dikuburkan di sebelah mumi.
2.Berasal dari bahan aspal jalanan
Mumi Mesir yang ditemukan di Kuil Gebelein yang memiliki tato di lengan kanan atas. Penemuan ini mengubah sejarah tato di dunia.
Asal-usul kata mumi diambil dari Bahasa Latin yaitu mumia yang dipinjam dari Bahasa Arab mumiya.
Konon mumia dalam Bahasa Latin merupakan zat alami sejenis aspal yang digunakan orang Mesir kuno untuk mengawetkan mayat dan ditemukan di sekitar Laut Mati.
3.Digagas oleh orang Romawi
Walaupun mumi sering ditemukan pada era Mesir kuno, rupanya ide mengawetkan mayat ini muncul dari orang Romawi.
Kondisi ini disebabkan pada 30 SM, Mesir masih di bawah kendali kekaisaran Romawi.
Semasa itu, wajah orang yang sudah meninggal dilukis di atas petinya, potret tersebut diberi nama fayum.
4.Bisa ditemukan di Amerika Selatan
Selain Mesir, mumi juga kerap berasal dari suku Aymara dan Inca di Amerika Selatan.
Tak seperti orang Mesir kuno yang menggunakan bahan kimia untuk mengawetkan mayat, kedua suku ini melakukannya secara alami oleh kondisi lingkungan dengan pasokan oksigen rendah, angin kencang, dan suhu dingin Pegunungan Andes.
5.Dijadikan hiburan masyarakat
Zaman dulu fasilitas dan sarana hiburan tidaklah banyak. Uniknya, orang zaman dulu terpesona dengan keberadaan mumi.
Kendati demikian pada abad ke-19, mumi sempat dijadikan bentuk hiburan massal. Para mumi dipamerkan di tempat umum.