Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Krakatau

Penampakan Moncong Gunung Anak Krakatau, Hasil Pantauan Badan Antariksa Eropa



Berita Baru, News – Baru-baru ini, sebuah satelit Sentinel 2 milik Program Copernicus Badan Antariksa Eropa, berhasil memantau kondisi terakhir Gunung Anak Krakatau.

Dari luar angkasa, satelit Sentinel 2 mendapati jika moncong Gunung Anak Krakatau terlihat seperti sepatu kuda bercahaya.

Meski pun terlihat unik dilihat dari luar angkasa, namun itu menunjukan jika Gunung Anak Krakatau masih aktif, menyemburkan lahar panas yang mengalir hingga ke dalam laut.

Seperti diketahui, Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda ini, telah berstatus waspada sejak 24 April 2022 lalu.

Gung Anak Krakatau merupakan gunung ke-5 dengan status waspada, menyusul 4 gunung lain yang terlebih dahulu berstatus sama, yakni Gunung Sinabung, Gunung Ili Lewotolok, Gunung Merapi, serta Gunung Semeru.

Hal ini pun telah mengundang banyak perhatian, tidak hanya di tingkat nasional namun juga pada skala internasional.

Program Copernicus sendiri adalah sebuah program milik Badan Antariksa Eropa yang bertujuan untuk melakukan observasi bumi.

Program Copernicus diketahui memiliki tiga satelit, yakni Sentinel 1, 2 dan 3, yang mendatangi titik-titik observasi 5 hari sekali.

Tampaknya, Badan Antariksa Eropa menjadikan aktivitas Gunung Anak Krakatau sebagai salah satu aktivitas gunung yang diawasi secara intens.

Saat menangkap penampakan puncak Gunung Anak Krakatau dari angkasa pada 2 Mei 2022 lalu, Program Copernicus menyebutnya Glowing Horseshoes.

Penampakan Moncong Gunung Anak Krakatau

Hasil jepretan Satelit Sentinel 2 ini diupload oleh Adam Platform dengan akun Twitter @PlatformAdam, yang kemudian di retweet MTGS Georitmus melalu akun Twitter@Jogja_Uncover.

Krakatau

Melihat dari hasil foto dari luar angkasa, terlihat jika aktivitas Gunung Anak Krakatau telah membentuk sebuah kerucut baru di bagian puncak gunung.

Dimana terlihat pula kepulan asap penuh emisi gas beracun, serta lahar panas yang mengalir hingga menyentuh laut.

“Aktivitas Gunung Anak Krakatau memperlihatkan kerucut baru diselimuti gas dan asap hitam penuh emisi. Lumpur lahar panas beserta titik-titik panas terdeteksi, dimana lahar panas mencapai laut,” tulis Adam Platform.

Badan Geologi pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM, menerangkan jika Gunung Anak Krakatau sejak 1927 telah mengalami erupsi berulang kali.

Ini membuat Gunung Anak Krakatau yang kini telah berusia 95 tahun ini, semakin tinggi dan besar.

Karakter letusan Gunung Anak Krakatau berupa erupsi eksplosif dan erupsi efusif dengan waktu istirahat letusannya berkisar antara 1– 6 tahun, menghasilkan abu vulkanik dan lontaran lava pijar serta aliran lava.

Aktivitas vulkanik G. Anak Krakatau saat ini masih dalam periode erupsi menerus dengan perubahan erupsi, yang semula dominan abu menerus menjadi tipe strombolian menghasilkan lontaran-lontaran lava pijar pada 17 April 2022.

Pada 23 April 2022 sekitar pukul 12:19 WIB, teramati lava mengalir dan masuk ke laut, hasil estimasi energi seismik saat ini teramati meningkat tajam bersamaan dengan membesarnya amplitudo Tremor menerus dan semakin intensnya kejadian erupsi yang menerus.

Peningkatan ini diikuti pula dengan hasil pengukuran deformasi yang menunjukkan fluktuasi pola inflasi dan deflasi.