Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Iran Sengaja Ciptakan Kelompok Bajak Laut untuk Kuasai Lautan

Iran Sengaja Ciptakan Kelompok Bajak Laut untuk Kuasai Lautan



Berita Baru, Riset – Unit Elite dari Iran melatih tentara bayaran dan membentuk mereka sebagai prajurit modern untuk melakukan serangan di lautan.

Pasukan Quds, unit angkatan laut Iran telah melatih ratusan tentara bayaran Yaman dan Irak untuk melakukan serangan sambil memperkuat jaringan penyelundupan senjata rahasia.

Sisi kelam Iran ini, diungkap dalam sebuah laporan yang baru-baru ini tengah menjadi sorotan dunia.

Kabar tentang unit tersebut muncul sebagai upaya diplomatik untuk membujuk Iran untuk mengendalikan program nuklir mereka yang masih berlanjut.

Pasukan elit Quds Iran sudah menjadi cabang Korps Pengawal Revolusi Islam yang mapan, yang bertugas melakukan operasi ekstrateritorial untuk mendukung perang proksi Iran di timur tengah.

Tetapi jangkauannya secara drastis dipengaruhi oleh pembunuhan pemimpinnya yang terkenal, Jenderal Qassem Soleimani, yang terbunuh pada Januari 2020 oleh serangan pesawat tak berawak AS saat berada di Irak.

Intelijen yang dikumpulkan oleh kelompok oposisi Dewan Nasional Perlawanan Iran mengungkapkan bahwa Teheran terus berusaha menebus hilangnya kemampuan operasinya di Irak, Yaman, Suriah, Palestina, Lebanon dan beberapa negara Afrika.

Upaya untuk melibatkan tentara bayaran asing di Yaman telah meningkat sejak pemilihan yang disebut ‘Jagal dari Teheran’ Ebraham Raisi sebagai presiden Iran, bersamaan dengan peningkatan serangan UAV dan rudal.

Angkatan Laut Quds yang baru berbasis di Khamenei Academy of Naval Sciences and Technology di Ziba Kenar di pantai Kaspia, diawasi oleh Laksamana Kedua Abdolreza Dabestani

Namun, Brigjen Hassan Ali Zamani Pajooh mengawasi tujuan utama unit, untuk memberikan pelatihan komando kepada tentara bayaran asing, yang dilakukan melalui kursus selama enam bulan yang komprehensif.

Pelatihan komando itu dilengkapi dengan kursus maritim tambahan di Qeshm dan Kepulauan Farah di Teluk yang disediakan oleh brigade komando angkatan laut IRGC Aba Abdullah yang sama bertanggung jawab atas serangan terhadap kapal tanker minyak Inggris.

Pada Januari 2020, lebih dari 200 tentara bayaran Yaman dilatih dalam taktik komando, ilmu pengetahuan dan teknologi angkatan laut.

Kontingen Irak yang berukuran sama memulai pelatihan mereka pada Juli tahun itu, menurut laporan tersebut.

Setelah menyelesaikan pelatihan mereka, orang Irak dikirim ke semenanjung al-Faw dan Basrah untuk membentuk ‘unit angkatan laut’ di bawah komando Pasukan Quds.

Bukti menunjukkan bahwa tugas angkatan laut Quds yang baru lebih dari sekadar pelatihan.

Menggunakan taktik perang asimetris yang ditetapkan oleh IRGC, unit itu telah membentuk jaringan penyelundupan baru yang menyediakan senjata dan peralatan untuk memperluas konflik ke Laut Arab, Bab al-Mandab, dan Laut Merah.

Selain itu, mereka melengkapi pemberontak Houthi Yaman dengan speedboat, rudal, ranjau, dan senjata lainnya, kata laporan itu.

Salah satu cara pengiriman senjata ke Yaman adalah dengan menggunakan negara ketiga, seperti Somalia.

Dengan menggunakan perahu kecil dan menggunakan metode penyelundupan narkoba seperti spatbor berukuran sekira 1 meter menjadi tempat persembunyian senjata.

Spatbor kemudian berlabuh di bawah air di lokasi yang ditentukan, dilengkapi dengan pelacak GPS sehingga dapat diambil oleh kapal lain.

Beberapa dari senjata ini sedang dicegat.

Pada bulan Desember tahun lalu, Departemen Kehakiman AS mengumumkan keberhasilan penyitaan dua gudang besar senjata Iran, termasuk 171 rudal permukaan-ke-udara dan delapan rudal anti-tank, yang ditujukan untuk gerilyawan Houthi di Yaman.

Juga disita 1.400 senapan serbu AK-47 dan 226.600 butir amunisi.

Penemuan ini belum termasuk dengan ribuan peluncur roket, senapan mesin, senapan sniper yang berasal dari pelabuhan Jask di Iran.

Berbicara tadi malam Shahin Gobadi, juru bicara pers Organisasi Mujahidin Rakyat Iran, menyoroti Presiden Iran.

“Sejak Raisi menjadi presiden, serangan rudal dan pesawat tak berawak telah dipercepat seiring dengan upaya untuk memperoleh senjata nuklir, dan rezim telah mengintensifkan tindakan teroris maritim melalui tentara bayaran asing,” ucapnya, dikutip dari Express.

Dijelaskan jika Unit angkatan laut Quds, yang melatih dan melengkapi proksi Iran, merupakan ancaman nyata baik bagi stabilitas regional maupun pelayaran internasional.

Namun, alih-alih meminta pertanggungjawaban rezim Iran atas tindakannya, negara-negara Barat telah memberinya konsesi, sebuah tren yang telah membuat Teheran berani melakukan tindakan jahatnya di kawasan itu.

“Terlepas dari apa yang mungkin dilakukan Pemimpin Tertinggi Khamenei dengan negosiasi atas program nuklirnya, Teheran harus bertanggung jawab atas perang proksinya di kawasan itu, terorismenya, pengembangan rudal balistiknya, dan pelanggaran hak asasi manusianya yang mengerikan,” tuturnya.*