“Retro three Wheelers” Sensasi Terbang Rendah Ala Boeing Stearman
Berita Baru, Otomotif – Geliat skena kustom motor di Tanah Air, khususnya di Yogyakarta enggan tiarap kendati di tengah pandemi.
Motor-motor kustom baru beragam gaya modifikasi lahir. Satu di antaranya ialah “Retro Three Wheeler”, kendaraan beroda tiga yang inspirasinya lahir datang dari pesawat latih militer, Boeing-Stearman.
Lulut Wahyudi atau yang akrab disapa Lulut Retro, kustom builder Retro Classic Cycles mengungkapkan, ide awal membangun Retro Three Wheeler tak lepas dari kegemarannya terhadap pesawat terbang.
Adapun inspirasinya datang dari pesawat bersayap ganda atau biplane open kokpit, Boeing-Stearman, yang dibangun di Amerika Serikat periode 1930-an dan 1940-an.
“Sebab saya passionate pada aircraft, jadi inspirasi datang dari biplane open kokpit yang saya lihat bukan sekadar sebuah pesawat terbang melainkan masterpiece.
Seperti Boeing Stearman, pesawat terbang tapi dengan open kokpit, sehingga ada feeling berbeda yang dirasakan dibandingkan ketika terbang dengan pesawat yang full kokpit,”
“Nah dengan menaiki Retro Three Wheeler ini, saya merasakan sensasi terbang rendah,” tambah dia.
Pria kelahiran Klaten yang juga merupakan figur penggagas Indonesian Kustom Kulture Festival atau KustomFest ini menambahkan, Retro Three Wheeler yang dibangun dalam rentang waktu 3,5 bulan ini juga terinspirasi dari kendaraan roda tiga yang sangat populer di Inggris serta negara-negara Eropa sekira tahun 1930-an.
Kendaraan roda tiga, yang terdiri dua roda di bagian depan serta satu roda di bagian belakang, menjadi populer ketika itu lantaran harga mobil yang sangat mahal. Sehingga, orang menggunakan mesin motor dengan gearbox yang sangat simpel untuk penggerak roda belakang three wheeler-nya sewaktu itu.
“Pada masanya, three wheeler bukan hanya digunakan untuk transportasi namun juga turun di ajang balap,” kata Lulut.
Menilik sisi eksterior Retro Three Wheeler ini, Lulut mendesain bentuk bodi layaknya motor sespan yang menjadi bagian samping dari motor utama. Namun pada Retro Three Wheeler model bodi itu menjadi bodi tunggal penunggang yang mengakomodir mesin bongsor Harley Davidson Evolution 80 cubic inches/1340cc pada bagian depan mobil.
Adapun pada bagian chasis konstruksinya simpel tapi sangat rigid, keseluruhan bodinya menggunakan alumunium jadi sangat ringan. Demikian pula untuk kompartemen bagian dalam yang juga menggunakan alumunium.
Kabin dirancang agar terlihat seperti kokpit pesawat, dengan panel-panel yang biasa disematkan pada pesawat terbang. Bagian kursi kemudi dan penumpang dibalut kulit berdesain mewah, dengan warna yang kontras dengan bodi. Sehingga, tampilannya tak hanya unik tetapi kelihatan mewah dan klasik.
Dari dalam kabin, pengemudi dan penumpang bisa melihat roda depan dan merasakan panasnya knalpot yang terletak di sisi bodi.
“Retro Three Wheeler ini sangat unik, sebab mengusung desain ala 1930-an, yang timeless. Tapi untuk power, seluruh part dan seluruh komponennya menggunakan teknologi modern. Classic look but modern technology,” ujar Lulut.
Sistem Penggerak Roda Depan
Lebih lanjut Lulut menjelaskan, Retro Three Wheeler ini memiliki keunikan lainnya yakni lantaran menggunakan sistem penggerak roda depan, sedangkan three wheeler yang ada di dunia umumnya menggunakan penggerak roda belakang. Lantas apa kelebihan dari penggerak roda depan?
“Three wheeler penggerak roda belakang tendensi speednya sangat tinggi, sehingga ketika berakselerasi roda belakang akan keluar dan banyak sekali kejadian kecelakaan pada three wheeler ini karena speed,” jelas Lulut.
Sedangkan dengan sistem penggerak roda depan, menurut Lulut akan lebih aman. Sebab dua roda di bagian depan bergerak dan yang dicounter dengan satu diferensial di tengah.
“Kesulitan membuat three wheeler penggerak roda depan jelas dia akan dobel pekerjaan. Kalau penggerak roda belakang hanya membutuhkan engine, kemudian transmisi, drive shaft atau gardan, bevel shaft, terus roda digerakkan menggunakan rantai atau belt,” kata Lulut.
“Banyak sekali kelemahannya, terutama di rantai atau belt nyayang mudah putus. Bagi saya penggerak roda belakang ini banyak sekali kejadian spin, yang mengakibatkan accident,” lanjutnya.
“Saya berpikir bagaimana three wheeler ini kami buat aman. Sama halnya dengan mobil-mobil modern kan kebanyakan menggunakan penggerak roda depan, karena yang bergerak dua roda dan di drive oleh satu diferensial di tengah sebagai pembagi daya untuk roda kiri-kanan,”
Penggerak roda depan, kata Lulut si builder harus mengkalkulasi antara berat dari seluruh three wheeler karena kekuatannya harus dibagi di dua roda bagian depan.
Kemudian mengawinkan mesin Harley-Davidson dengan transmisi mobil itu juga bukan sesuatu yang mudah. Sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menemukan gigi rasio yang tepat.
“Di Retro Three Wheeler ini sangat compact, kompartemennya ada di bagian depan, ada transmisi, engine, drive shaft, roda, dan yang menarik adalah kalau dilihat dari sisi samping tidak terlihat remnya sebab letaknya ada disamping transmisi seperti mobil-mobil F1,”
Di samping itu, di Retro Three Wheeler ini Lulut mengadopsi short shifter, jadi berat transmisinya seperti mobil balap sehingga sangat enteng.
“Three Wheeler ini kami terus kembangkan, terutama suspensi dan sistem peredam getaran. Sementara sudah bagus, tapi saya berharap lebih bagus lagi sapaya getaran mesin V-Twin ini bisa jauh berkurang, dan tetap vibrasinya ada sebab ini yang merupakan ciri khas dari mesinnya,” kata Lulut.
Retro Three Wheeler yang dikendarai Lulut dari Merak hingga Padangbai di ajang Kustomfest 2021 “Ride And Drive” beberapa waktu lalu ini mendapat sambutan positif dari pecinta kustom Tanah Air hingga mancanegara. Rencananya, Lulut akan merilis seri pertama Retro Three Wheeler ini sebanyak lima unit.
“Sepulang dari Kustomfest 2021 itu banyak sekali request dari beberapa teman dan kolektor, nah kami rencananya akan membuat satu seri pertama ada lima Retro Three Wheeler yang kami produksi, sangat limited, dan beberapa sudah ada yang inden,” ujar Lulut.
“Harapan saya semoga Retro Three Wheeler ini bisa diterima masyarakat, bukan hanya Indonesia dan masyarakat dunia sehingga kita bisa memproduksi kendaraan dari Yogyakarta, yang akan menjadi bukti bahwa anak Jogja bisa berkarya,” harapnya.