Riset : Otak Manusia Bekerja Lebih Keras Saat Bermain Olahraga Melawan Mesin Robot
Berita Baru, Amerika Serikat – Otak manusia bekerja lebih keras saat bermain olahraga melawan robot , demikian temuan para ilmuwan.
Dilansir dari Dailymail.co.uk pada 20 April, Para peneliti dari University of Florida menganalisis lusinan jam pertandingan tenis meja di mana manusia diadu melawan mesin dan dengan manusia satu sama lain.
Para pemain mengenakan penutup elektroda agar aktivitas otak mereka dapat dipantau selama pertandingan.
Para ilmuwan menemukan bahwa saat bermain melawan satu sama lain, otak para pemain bekerja secara serempak, ‘seolah-olah mereka semua berbicara dalam bahasa yang sama’.
Namun ketika para pemain berhadapan dengan mesin penyaji bola, neuron sel saraf di otak mereka tidak selaras dengan cara yang sama, sebuah fenomena yang dikenal sebagai desinkronisasi.
Daniel Ferris, seorang profesor teknik biomedis di University of Florida, mengatakan: “Jika kita memiliki 100.000 orang di stadion sepak bola dan mereka semua bersorak bersama, itu seperti sinkronisasi di otak, yang merupakan tanda otak sedang rileks.”
“Jika kita memiliki 100.000 orang yang sama tetapi mereka semua berbicara dengan teman mereka, mereka sibuk tetapi tidak sinkron.”
“Dalam banyak kasus, desinkronisasi itu merupakan indikasi bahwa otak melakukan banyak kalkulasi daripada duduk dan diam.”
Para peneliti mengatakan pekerjaan mereka, yang diterbitkan dalam jurnal eNeuro, menunjukkan bahwa otak bekerja lebih keras saat bermain melawan robot karena mesin tidak memberikan petunjuk apa pun tentang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.
Prof Ferris, yang merupakan salah satu penulis studi tersebut, mengatakan: “Manusia yang berinteraksi dengan robot akan menjadi berbeda dibandingkan ketika mereka berinteraksi dengan manusia lainnya.”
“Tujuan jangka panjang kami adalah mencoba memahami bagaimana otak bereaksi terhadap perbedaan ini.”
Para peneliti mengatakan bahwa robot tumbuh lebih umum dan canggih, memahami bagaimana otak manusia merespon gerakan lawan dapat memungkinkan para insinyur merancang robot menjadi lebih naturalistik.
Amanda Studnicki, seorang mahasiswa pascasarjana di University of Flordia, yang merupakan bagian dari tim peneliti, berkata: ‘Saya masih melihat banyak manfaat dalam berlatih dengan mesin.
“Tapi saya pikir mesin akan berevolusi dalam 10 atau 20 tahun ke depan, dan kita bisa melihat lebih banyak perilaku naturalistik untuk dilawan para pemain.”
Penelitian ini dipublikasikan di jurnal eNeuro.