Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Allessandro, Remaja Indonesia yang Masuk Bug Hunter Terbaik Google

Allessandro, Remaja Indonesia yang Masuk Bug Hunter Terbaik Google



Berita Baru, News

Tahun lalu ialah tahun “durian runtuh” bagi Ando. Ia berhasil mengumpulkan uang dari hobinya itu hampir Rp400 juta.

Ando mengunggah sebuah hadiah berupa ponsel pintar Google Pixel 6 di akun LinkedIn-nya juga sebuah botol minuman dan tas.

Harga ponsel ini di pasaran antara Rp8 juta hingga Rp 15 juta.

Itu “hadiah kecil” dari sekian rentetan hadiah yang diberi Google.

Sebelum hadiah itu diterima, ia lebih dulu mendapatkan pesan email dari Google yang membuat hatinya girang.

Email tertanggal 1 November 2021 yang dikirim oleh [email protected] menyebutkan, bahwa Ando masuk salah satu bug hunter terbaik 2021 dalam Google Vulnerability Reward Program (VRP).

Tahun lalu, ia menemukan 10 kerentanan level medium di produk digital Google.

Jika ditotal, rakasasa teknologi AS itu telah memberinya uang Rp170 juta. Paling rendah ia mendapatkan hadiah sebesar US$500, sedangkan tertinggi sebesasr US$5.000.

Tahun yang sama, ia menemukan 60 kerentanan medium di produk digital Alibaba Group. “Itu valid semua,” kata Ando saat berbincang dengan Cyberthreat.id, beberapa waktu lalu via telepon.

Dari temuan itu, raksasa e-commerce China itu mengiriminya uang hampir Rp200 juta. “Saya tak ingat persisnya, tapi mendekati Rp200 juta,” ujarnya.

Kerentanan yang ia temukan dihargai terendah sebesar US$22 dan tertinggi US$1.000.

Ia juga pernah menemukan kerentanan di Harvard University (www.harvard.edu), Bank Rakyat Indonesia, dan media online BBC.

Allessandro, Remaja Indonesia yang Masuk Bug Hunter Terbaik Google

Dari situ, ia mendapatkan apresiasi pengakuan berupa sertifikat. Meski bukan berupa uang, ia tetap bangga.

Sebuah kota industri di Sulawesi Utara. Berada di ujung kepala pulau Sulawesi. Kota pesisir ini berada di kaki Gunung Dua Saudara.

Butuh sekitar 1,5 jam perjalanan dari Manado, ibu kota provinsi, menuju Bitung di tenggara.

Ando tinggal di kota itu bersama ayah dan ibunya. Ayahnya seorang programmer di sebuah perusahaan swasta, sedangkan ibunya berdagang di rumah.

Ia tumbuh seperti remaja-remaja seumuran di kota itu. Di sekolahnya, SMA Negeri 1 Bitung, sebagian teman juga gurunya telah tahu dirinya memiliki hobi sebagai bug hunter.

Kemampuannya di dunia komputer, terkadang membuat teman-temannya meminta bantuannya: meretas akun media sosial.

Tapi, ia tak pernah mau menanggapi permintaan temannya itu.

Tahun lalu, ia sempat ikut Olimpiade TI tingkat kabupaten, tapi belum rejeki baginya untuk menembus babak selanjutnya.

Berawal dari warung internet yang dibikin ayahnya, Ando mengenal dunia komputer dan internet.

Saat kelas 6 sekolah dasar, ia belajar meretas. Jaringan warnet ayahnya menjadi medium uji cobanya.

Ia pelajari cara meretas melalui YouTube, menemukan kelompok defacer—sebutan bagi peretas yang merusak halaman utama sebuah situsweb.

Beruntung dia tak masuk di lembah defacer, tapi kepincut di dunia bug hunter.

Pada kelas 2 SMP, di usia 14 tahun, untuk pertama kalinya ia mendapatkan apresiasi dari Badan Siber dan Sandi Negara karena menemukan kerentanan di BRI.

Dari mana Anda menguasai kemampuan sebagai bug hunter? “Saya belajar dari YouTube, saya otodidak.

Cari referensi di Google juga baca artikel yang dibagikan orang lain,” ujar Ando.

Butu waktu dua tahun bagi Ando untuk memahami seluk-beluk perburuan kerentanan itu.

Sejak diapresiasi BSSN, ia tambah keranjingan untuk menemukan kerentanan dan melaporkan ke pemilik sistem.

Pada 2020, saat masih kelas 3 SMP, ia benar-benar senang sekali ketikga Samsung mengabarinya bahwa laporan kerentananya valid dan inilah pertama kali kerja kerasnya diberi ganjaran berupa uang tunai sekitar Rp5 juta.