Riset : Gajah Sangat Membenci Kesepian dan Kesendirian
Berita Baru, Finlandia – Dari kecemasan hingga depresi, kesepian diketahui memiliki berbagai gejala yang tidak menyenangkan pada manusia, tak terkecuali hewan.
Dilansir dari Dailymail.co.uk, pada 7 April, dan sekarang sebuah studi baru menunjukkan bahwa kesepian sama bermasalahnya dengan hewan gajah, yang menunjukkan lebih banyak tanda-tanda stres saat sendirian daripada dalam kelompok.
Para peneliti dari Universitas Turku mempelajari perilaku gajah Asia di Myanmar, dan membandingkan kadar hormon stres dalam kotoran mereka, untuk menilai apakah sosialitas terkait dengan stres pada hewan.
Analisis mereka mengungkapkan bahwa kesepian meningkatkan tingkat stres gajah jantan, sementara gajah betina kurang stres ketika mereka memiliki bayi.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa orang-orang dengan kelompok pertemanan yang kuat mengalami berbagai manfaat, termasuk peningkatan kesehatan, risiko penyakit yang lebih rendah, dan peningkatan umur.
“Merasa kesepian juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental Anda, terutama jika perasaan ini telah berlangsung lama,” jelas badan amal Mind.
“Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kesepian dikaitkan dengan peningkatan risiko masalah kesehatan mental tertentu, termasuk depresi, kecemasan, harga diri rendah, masalah tidur dan peningkatan stres.”
Namun, sampai sekarang, sedikit penelitian telah melihat bagaimana kesepian mempengaruhi gajah Asia, atau spesies yang biasanya sosial.
Dalam studi tersebut, tim mempelajari 95 gajah Asia di Myanmar yang bekerja di industri kayu.
“Ini adalah lingkungan penelitian dan populasi unik yang memungkinkan kami mempelajari banyak gajah yang hidup di lingkungan alami mereka, tetapi pada saat yang sama memiliki informasi terperinci tentang kehidupan sosial mereka,” kata Dr Martin Seltmann, yang memimpin penelitian tersebut.
Selama penyelidikan mereka, para peneliti menilai ukuran kelompok kerja gajah, jumlah jantan dan betina di setiap kelompok, dan apakah ada bayi di dalam kelompok.
Mereka juga menilai konsentrasi hormon stres dalam kotoran gajah.
Selain itu, para peneliti berbicara dengan pawang gajah dari 2014 hingga 2018, yang mampu memberikan informasi tentang interaksi sosial setiap individu hewan.
“Kami menemukan bahwa gajah jantan menunjukkan tingkat stres yang lebih tinggi ketika mereka tidak memiliki teman dan ketika mereka berada dalam kelompok sosial dengan lebih banyak jantan daripada betina,” kata Dr Seltmann.
“Gajah betina menunjukkan tingkat stres yang lebih rendah ketika bayi hadir dalam kelompok sosial.”
“Ukuran kelompok sosial tidak terkait dengan tingkat hormon stres pada pria atau wanita.”
Sementara para peneliti berharap bahwa wanita penyendiri akan menunjukkan tanda-tanda stres, mereka menemukan bahwa ini tidak selalu terjadi.
Dibandingkan dengan gajah jantan, betina soliter mungkin masih dapat berinteraksi dengan individu lain tanpa membentuk ikatan sosial yang kuat, menurut para peneliti.
Ini berarti kurangnya ikatan tersebut mungkin tidak dianggap sebagai stres.
Secara keseluruhan, temuan ini menyoroti pentingnya sosialitas dalam spesies di luar manusia.
Tim berharap temuan ini dapat digunakan untuk mengembangkan metode untuk meningkatkan kesejahteraan hewan sosial penangkaran di masa depan.