Riset : Otak Berpikir Keras Sama Melelahkannya dengan Aktivitas Fisik
Berita Baru, Prancis – Apakah Anda pernah menemukan diri Anda lelah secara fisik setelah seharian bekerja, bahkan jika hanya otak anda seharian yang bekerja?
Dilansir dari Dailymail.co.uk, pada 14 Agustus, para ilmuwan telah menemukan bahwa ada alasan untuk ini, karena bahan kimia beracun mulai menumpuk di otak setelah otak aktif untuk waktu yang lama.
Oleh karena itu otak bergeser ke arah tindakan yang tidak memerlukan banyak usaha untuk menghindari peredaran menumpuknya bahan kimia (gultamat) ini.
Hal ini bermanifestasi sebagai kurangnya keinginan untuk melakukan pekerjaan, atau kelelahan kognitif, klaim ahli saraf dari Universitas Pitié-Salpêtrière di Paris, Prancis.
Dr Mathias Pessiglione, yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan: “Teori-teori yang berpengaruh menunjukkan bahwa kelelahan adalah semacam ilusi yang dibuat oleh otak untuk membuat kita menghentikan apa pun yang kita lakukan dan beralih ke aktivitas yang lebih memuaskan.”
“Tetapi temuan kami menunjukkan bahwa kerja kognitif menghasilkan perubahan fungsional yang sebenarnya berupa akumulasi zat berbahaya, jadi kelelahan memang akan menjadi sinyal yang membuat kita berhenti bekerja tetapi untuk tujuan yang berbeda: untuk menjaga integritas fungsi otak.”
Kelelahan fisik adalah akibat langsung dari pekerjaan manual yang berat, tetapi berpikir keras untuk waktu yang lama ternyata malah menyebabkan kelelahan mental, yang menyebabkan gejala seperti kurangnya motivasi dan kemampuan untuk fokus.
Dalam studi yang diterbitkan hari ini di Current Biology, para peneliti mulai memahami apa sebenarnya kelelahan mental dan mengapa hal itu muncul dengan sendirinya.
Untuk melakukan ini, mereka menggunakan spektroskopi resonansi magnetik (MRS) untuk memantau kimia otak selama satu hari kerja untuk dua kelompok peserta studi.
Mereka membagi kelompok menjadi tugas-tugas memori berbasis komputer yang mudah dan sulit yang melibatkan mengingat dan mencocokkan serangkaian huruf berwarna berbeda selama hampir enam setengah jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan tugas yang lebih sulit cenderung memilih opsi yang menawarkan imbalan yang lebih kecil sebagai imbalan atas upaya yang lebih rendah atau yang lebih cepat.
Selanjutnya, para ilmuwan mempelajari kadar glutamat mereka di sinapsis korteks prefrontal otak, dan menemukan itu lebih tinggi untuk kelompok dengan tugas yang lebih berat secara mental.
Para penulis mengatakan bahwa ini mendukung hipotesis mereka bahwa akumulasi glutamat menyebabkan otak bergeser menuju ke memilih tindakan usaha yang lebih rendah.
Ini adalah cara untuk menghindari siklus atau akumulasi lebih lanjut dari bahan kimia yang berpotensi beracun ini, yang dapat mengganggu fungsi otak.
Para peneliti berharap temuan ini dapat memberikan metode baru untuk mendeteksi kelelahan mental yang parah, dan menginformasikan agenda kerja untuk membantu menghindari kelelahan.
Dalam penelitian selanjutnya, mereka berharap dapat meningkatkan pemahaman mengapa korteks prefrontal sangat rentan terhadap akumulasi glutamat dan kelelahan setelah aktivitas saraf.
Mereka juga penasaran untuk mengetahui apakah penanda kelelahan yang sama di otak dapat memprediksi pemulihan dari kondisi kesehatan, seperti depresi atau kanker.
Meskipun tidak ada jalan keluar dari batasan pemikiran kita ini, Dr Pessiglione merekomendasikan untuk menghindari membuat keputusan penting saat lelah dan banyak istirahat saat kelelahan muncul.