Suhu Air Laut Dalam yang Akan Terus Meningkat Karena Perkembangan Manusia
Berita Baru, Inggris – Laut dalam diteliti bisa menghangat lebih lanjut sebesar 0,36 ° F (0,2 ° C) dalam 50 tahun ke depan, karena terus menyerap sebagian besar “kelebihan panas” yang diciptakan oleh manusia.
Dilansir dari Dailymail.co.uk, pada 7 Juli, Lautan telah menyerap sekitar 90 persen dari pemanasan yang disebabkan oleh manusia sejak Revolusi Industri dimulai.
“Saat planet kita menghangat, sangat penting untuk memahami bagaimana kelebihan panas yang diambil oleh lautan didistribusikan kembali di bagian dalam laut mulai dari permukaan hingga ke dasar, dan penting untuk memperhitungkan laut dalam untuk menilai pertumbuhannya. ini dapat menjadi “ketidakseimbangan energi” Bumi,’ kata Dr Marie-José Messias, dari University of Exeter.
“Selain menemukan bahwa laut dalam menyimpan banyak panas berlebih ini, penelitian kami menunjukkan bagaimana arus laut mendistribusikan kembali panas ke berbagai wilayah.”
“Kami menemukan bahwa redistribusi ini adalah pendorong utama pemanasan di Atlantik Utara.”
Untuk penelitian ini, para peneliti melihat sistem arus di subtropis Atlantik Utara (25 ° LU) yang dikenal sebagai Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC).
AMOC bekerja seperti ban berjalan, membawa air hangat dari daerah tropis ke utara, ke tempat air yang lebih dingin dan padat tenggelam ke laut dalam dan menyebar perlahan ke selatan.
Mereka menggunakan catatan suhu dan ‘pelacak’ kimia, sebagai senyawa yang susunannya dapat digunakan untuk menemukan perubahan masa lalu di lautan, untuk mengukur tingkat pemanasan.
Mereka menemukan 62 persen pemanasan di wilayah itu dari tahun 1850 hingga 2018 terjadi di laut dalam, yang terletak lebih dari 700m di bawah permukaan.
Temuan ini menunjukkan pemanasan dan efeknya dapat ditransfer dari satu daerah ke daerah lain.
Dr Messias mengatakan kelebihan panas dari lautan belahan bumi selatan menjadi penting di Atlantik Utara , dimana sekarang terhitung sekitar seperempat dari kelebihan panas.
Penelitian baru muncul setelah sebuah laporan oleh Monterey Bay Aquarium awal tahun ini mengungkapkan bahwa lebih dari setengah permukaan lautan dunia telah mengalami suhu yang terlalu hangat sejak 2014.
Para peneliti, yang menganalisis data suhu laut global selama satu setengah abad, memperingatkan bahwa panas laut yang ekstrem sekarang menjadi sesuatu yang ‘normal baru’.
Mereka menambahkan bahwa suhu laut yang ekstrim dapat menyebabkan runtuhnya ekosistem laut yang penting seperti terumbu karang, hutan rumput laut dan padang lamun.
Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Communications Earth and Environment.